Tim Ahli Pusat Studi Bencana (PSB) Unand bersama dosen-dosen Program Studi Magister Manajemen Bencana (MMB) Pascasarjana Universitas Andalas (Unand) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Nagari Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, pada Jumat, 15 Agustus 2025.
Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua PSB sekaligus Ketua Prodi MMB, Fauzan, MT, Ph.D, dengan dukungan para dosen pakar, di antaranya Prof. Dr. Bambang Istiyono, Prof. Dr. Afrizal, dan Dr. Basril Basyar. Selain tim dosen, turut hadir mahasiswa S2 MMB serta mahasiswa KKN Unand yang ditempatkan khusus di nagari yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana.
Pemilihan Aie Angek sebagai lokasi pengabdian didasarkan pada kondisi geografisnya yang berada di lereng Gunung Marapi. Daerah ini dikenal rawan bencana, terutama setelah peristiwa erupsi disertai banjir lahar dingin pada 11 Mei 2024, yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian dan permukiman warga akibat aliran material vulkanik dari dua sungai utama.
Dalam sambutannya, Walinagari Aie Angek mengapresiasi perhatian Universitas Andalas. Ia menekankan bahwa dukungan kalangan akademisi sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana berulang. Salah satu tindak lanjut yang direncanakan adalah pemasangan sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) guna mengantisipasi ancaman serupa di masa mendatang.
Pada kesempatan itu, Prof. Dr. Bambang Istiyono menjelaskan pentingnya pemahaman fenomena alam dan penerapan rencana kontinjensi. Menurutnya, kemampuan membaca tanda-tanda awal bencana dapat memperkecil risiko. “Prediksi dini menjadi faktor kunci dalam mengurangi dampak bencana,” tegasnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Afrizal, pakar ilmu tanah, menyoroti potensi positif lahan vulkanik pasca-erupsi. Ia menegaskan bahwa meskipun erupsi membawa kerusakan, tanah di kawasan gunung berapi justru berpotensi sangat subur bila dikelola dengan baik. Ia pun memberikan rekomendasi kepada petani mengenai strategi pengelolaan lahan agar lebih produktif.
Dari sisi komunikasi, Dr. Basril Basyar menekankan peran jaringan sosial dalam penanganan darurat bencana. Menurutnya, efektivitas komunikasi di masyarakat sangat menentukan cepat-lambatnya respons. “Kita harus tahu siapa figur yang biasanya dihubungi pertama kali saat bencana. Arus informasi yang cepat dan akurat akan memperbesar peluang penyelamatan,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, tim PSB dan MMB Unand tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga memperkuat kerja sama antara masyarakat, pemerintah nagari, dan perguruan tinggi. Harapannya, kegiatan ini dapat meningkatkan kesiapsiagaan, membangun kesadaran kolektif, dan menegaskan bahwa bencana adalah bagian dari siklus alam yang dapat dikelola melalui ilmu pengetahuan, strategi komunikasi, serta keterlibatan aktif masyarakat.